Sederhana Dalam Hidup

 1) Dapat makan dua kali sehari, pakaian dua persalinan, rumah yang cukup udaranya untuk tempat diam, dapat menghirup udara dan bergerak, kita sudah dapat hidup. Cuma nafsu jualah yang meminta lebih dari itu, sehingga di dalam memenuhi keperluan hidup, kerapkali manusia lupa akan kesederhanaan.

2) Segenap manusia sama, tak berbeda, cuma kemauannya yang berlain-lain. Kalau kita perturutkan saja kehendak nafsu, tidak kira beri batas perjalanannya supaya sederhana, tidaklah nafsu itu akan berujung. Padahal jika kita terima apa yang ada, sabar dan tahan hati, dan berusaha menghindarkan pengangguran, maka nafsu itu akan menerima berapa pun yang ada.
3) Binatang apabila telah kenyang perutnya, akan terus tidur, istirahat. Tetapi manusia, walaupun telah kaya, bertambah kaya, bertambah tidak senang hidupnya. Bahkan bertambah tamak dan lobanya, bertambah sayang akan bercerai dengan harta.
4) Sebab itu dapatlah diperhatikan bahwa orang yang lebih terjauh daripada kesenangan hati, ialah orang yang banyak harta. Mereka lebih banyak waswas, dan lebih jauh dari ketenteraman hati. Hukama berkata bahwasanya kebahagian itu tidaklah pada kebanyakan harta, tapi rasa tenteram dan ridha.
5) Dalam pada itu, sebagai orang hidup diteruskan juga pekerjaan, tidak dihentikan usaha di tengah-tengah ; Bila Tuhan memberinya rezeki, diucapkan syukur dan tidak diberiNya dia pun sabar.
6) Sayang sekali nafsu! Dia tidak mahu berhenti hingga itu. Habis makan ayam hendak makan kambing; sudah dapat kambing hendak memesan yang lebih mahal, dan yang mahal lagi, padahal selepasnya segala makanan yang mahal-mahal itu dari kerongkongan, sudah sama harga semuanya. Dan sudah sama warna dan baunya.
7) Namun begitu, angan-angan tak mau kurang, kehendak bertambah naik. Kerapkali orang miskin mencoba hendak hidup seperti orang kaya. Gaji kecil, belanjanya lebih besar dari gajinya. Pendapatannya rendah, borosnya lebih tinggi dari modalnya.
Tentu habis.
"Sedangkan laut ditimba lagi kering".
😎Penyakit ini tidak terlekat pada orang bekerja sahaja, tapi yang sudah berpencen pun rupanya masih hebat. Kerana sisa jiwa rendah masih belum hilang.....


Falsafah Hidup, Hamka.

Comments

Popular posts from this blog

Iftor Angkatan Muda Keadilan Ramadan 1446 H

Kenang-Kenangan di Ranah Minang Part 4